Thursday 7 July 2016

PENGARUH KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS


PENGARUH KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 
TAHUN DI TK T.A 2015/2016


                                                BAB I
                                        PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di Zaman modren saat ini.Salah satu upaya untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui pendidikan.Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang di mulai dari usia 0-6 tahun.
Dalam Undang-undang Rl Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal l ayat 14 dinyatakan bahwa ;
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu pernbinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai déngan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan perlu dimulai sejak usia dini,pendidikan yang tepat sejak usia dini akan mempengaruhi seseorang untuk perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang memerlukan pendidikan sebagai upaya pembentukan kepribadian seseorang dimasa yang akan datang.Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional,moral dan agama secara optimal dalam lingkungan yang kondusif demokratis dan kompetitif. Pendidikan ini berupaya untuk memberikan, membimbing, mengasah, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak.
Dalam pendidikan anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam diri anak yaitu aspek nilai agama dan moral, fisik/motorik. kognitif, bahasa, sosial, serta emosional. Salah satunya aspek perkembangan motorik. Aspek perkembangan motorik anak terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus, yang penulis bahas dalam penelitian ini yaitu aspek perkembangan motorik halus anak.Perkembangan motorik halus anak adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan. Aktivitas perkembangan motorik halus anak TK bertujuan untuk melatih koordinasi motorik anak. Koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan seperti melipat, menempel, merangkai dan lainnya. Oleh karena itu kemampuan motorik halus anak harus diberikan sejak usia dini.Motorik halus anak sangat penting untuk dikembangkan  dan berpengaruh pada segi kehidupan anak karena dapat mengembangkan kemampuan dalam menulis sehingga dapat meningkatkan prestasi anak di sekolah.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika perkembangan motorik halus anak adalah Widodo (2008) perkembangan motorik halus adalah gerakan menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan. Gerakan yang menggunakan otot- otot halus adalah gerakan yang menggunakan sebagian anggota tubuh tertentu, yaitu gerakan tangan atau gerakan jari-jemari. Misalnya, kemampuan memindahkan benda, mencoret-coret menyusun balok, menggunting, menulis,melipat kertas dan sebagainya. Akibat gerakan tangan atau gerakan jari-jemarinya anak dapat rnengambil, meraih dan mencapai apa yang menarik baginya.
  Perkembangan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda.Ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangannya tergantung pada kematangan anak.Kemampuan motorik halus anak dikatakan terlambat apabila di usia yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru tetapi ia tidak  dapat menunjukkan kemampuan tersebut.Terlebih jika sampai memasuki sekolah dasar sekitar 6 tahun anak masih kesulitan untuk mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari jemarinya padahal kemampuan motorik halus adalah sebuah awalan pematangan dalam hal menulis dan menggambar.Anak-anak butuh sebuah persiapan yang matang untuk menguasai gerakan –gerakan motorik halus yang akan dilakukan nantinya pada saat sekolah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di TK Al Abror ternyata sebagian besar motorik halus  anak usia 5-6 tahun belum berkembang.Hal ini diketahui anak masih belum mampu ketika di suruh membuat garis lurus,vertikal,dan melengkung,anak belum bisa meniru bentuk melipat kertas origami sesuai yang diperagakan guru.Anak selalu mengucapkan kata”tidak bisa” baik pada sebelum maupun saat melakukan 1 atau 2 lipatan,bahkan ada anak hanya melipat-lipat saja tanpa mengetahui bentuk apapun.Permasalahan lain yang ditemukan adalah guru ketika pembelajaran kurang memperhatikan perkembangan motorik halus anak, guru seringkali mengabaikan dan melupakan pembelajaran atau kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Hal ini dikarenakan guru belum paham bahwa, perkembangan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam diri dan kehidupan anak usia dini. Saat kegiatan pembelajaran guru hanya terfokus pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung. Jadi kemampuan motorik halus anak hanya sebatas mamegang pensil, mencoret-coret dan memindahkan benda dari tangan saja. Sementara kegiatan seperti menggunting, melipat dan menempel gambar jarang dilakukan.Kegiatan belajar pun monoton dan membosankan tidak bervariasi.Akibatnya anak jenuh dan malas belajar. Tuntunan orang tua yang lebih mengutamakan keberhasilan akademik dari pada perkembangan motorik halusnya, lingkungan yang kurang mendukung sehingga menghambat perkembangannya, kurangnya keterampilan motorik halus anak,guru jarang menggunakan  kegiatan melipat kertas origami sebagai metode belajar bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, dan kurangnya sarana prasarana dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Adapun sederet faktor-faktor penghambat kurang berkembangnya fisik/motorik anak dikarenakan faktor dari dalam perkembangan sistem syarat; kecerdasan (IQ),dan gizi anak. Sementara faktor penghambat dari luar diri anak seperti  kemampuan fisik anak untuk bergerak, lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik, kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuhnya, rangsangan dan dorongan dari orang tua, dan perlindungan yang berlebihan.
            Perkembangan motorik halus anak di dasarkan bagaimana lingkungan memperlakukan anak.Anak akan belajar dari lingkungan yang memperlakukannya. Baik itu di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah.
Kondisi permasalahan diatas membuktikan belum terpenuhinya standar perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK AL-ABROR Medan Tembung sebagaimana dipersyaratkan dalam PERMEN 58 Tahun 2009,dimana pada usia 5-6 tahun seharusnya” anak sudah bisa menggunakan alat tulis dengan benar,anak sudah bisa menggambar sesuai gagasannya,anak sudah bisa menggunting dengan pola,dan anak sudah bisa meniru bentuk”.
Suatu kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif apabila ada berbagai strategi yang digunakan,baik itu metode ,model ataupun pendekatan atau teknik,Menurut Damay (2012:53) “Melatih anak dengan kegiatan yang positif seperti melipat kertas origami merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia dini.
Sejalan dengan pendapat diatas kegiatan melipat kertas origami merupakan sebagai salah satu aplikasi pembelajaran positif.Melipat kertas origami  adalah sarana melatih ketelitian dan konsentrasi.Origami juga sangat fungsional,untuk anak berfungsi untuk melatih motorik  halus dalam masa perkembangannya.Hal tersebut juga dapat merangsang tumbuhnya motivasi,kreativitas,juga ketekunan pada orang yang melipat itu sendiri. Kegiatan melipat kertas origami merupakan kegiatan yang menarik bagi anak,dengan kegiatan ini anak juga dapat mengembangkan otot-otot halus,meningkatkan penalaran dan membentuk daya imajinasinya.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kegiatan Melipat Kertas Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak  Usia 5 -6 Tahun  Di TK Al Abror Medan Tahun Ajaran 2016 -2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi, yaitu :
1.      Perkembangan Motorik halus anak masih rendah dan anak belum mampu membuat garis lurus,vertikal,melengkung .
2.      Anak belum bisa meniru  bentuk melipat kertas origami dengan benar.
3.      Guru jarang menggunakan metode melipat kertas origami dalam pembelajaran
4.      Tuntunan orang tua yang lebih mengutamakan keberhasilan akademik.
5.      Kurangnya sarana prasarana dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak

1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka perlu ada pembatasan masalah,batasan masalah dalam penelitian ini pada pengaruh kegiatan melipat kertas origami terhadap  perkembangan motorik halus anak  usia 5-6 tahun di TK Al Abror Medan T.A 2015-2016”.



1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah” Apakah ada pengaruh positif kegiatan melipat kertas origami terhadap perkembangan motorik halus anak usia  5-6 tahun di TK Al Abror Medan T.A 2015-2016”?.




1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif kegiatan melipat kertas terhadap perkembangan motorik halus anak  usia 5-6 Tahun di TK Al Abror  Medan T.A 2015/2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.      Manfaat  Teoritis
 Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan melipat kertas origami.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Anak
Dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini dalam meniru bentuk melalui kegiatan yang menyenangkan yaitu melipat kertas origami.
b.      Bagi guru
Memberikan masukan pemilihan metode atau strategi pembelajaran khususnya melalui kegiatan     melipat kertas origami yang dapat mengembangkan motorik halus anak usia 5-6 tahun.
c.       Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak.


d.      Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan memperluas  wawasan mengenai pembelajaran mengembangkan motorik halus anak usia dini.
e.       Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
 2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Motorik Halus
2.1.1.1 Pengertian Motorik Halus
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.Perkembangan motorik merupakan aspek perkembangan individu yang menonjol dan jelas dapat dilihat.
Corbin (dalam Sumantri 2005:48) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan kemampuan gerak saling mempengaruhi. Dari pendapat diatas perkembangan motorik adalah meningkatnya pengkoordinasian antara gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf yang lebih kecil. Kelompok otot saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus misalnya merobek,menggambar, dan menulis.
Menurut Noorlaila (2010:62)" motorik halus merupakan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,menjimpit,dan menulis".Sementara itu Sujiono (2009:14) berpendapat bahwa "motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil,seperti keterampilan menggunakan tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat".Mirroh Fikriyati(2013:39),menyatakan bahwa "motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi otot-otot halus/kecil"."Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja.Oleh karena itu gerakan di dalam motorik halus  tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta teliti"(Depdiknas,2007:1).
Senada dengan pendapat diatas,Saputra dan Rudyanto (2005:118) menyatakan bahwa "motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus(kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng".
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan cara mengoordinasikan penggunaan jari jemari dan tangan dan membutuhkan koordinasi mata dan tangan dengan cermat.
2.1.1.2 Ciri-Ciri dan Karakteristik Perkembangan  Motorik Halus 5-6 Tahun
            Perkembangan fisik pada anak –anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik halus.sekitar usia 5-6 tahun anak sudah dapat memegang pensil dan memegang gunting    Agoes Soejanto (2005:22) menjelaskan bahwa di dalam membicarakan perkembangan motorik halus anak,akan dibicarakan tentang ciri-ciri motorik yang pada umumnya melalui empat tahap yaitu:
a.       Gerakan-gerakan tidak di sadari,tidak di sengaja,dan tanpa arah.Misalnya anak menggerak-gerakan kaki dan tangannya,memasukkan tangan ke mulut,mengedipkan mata dan gerak-gerak yang lain,yang tidak disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar.
b.      Gerakan-gerakan anak itu tidak khas.Artinya gerakan yang timbul,yang disebabkan oleh perangsang tidak sesuai dengan rangsangannya.
c.       Gerakan-gerakan anak itu dilakukan dengan missal.Artinya hamper seluruh tubuhnya ikut bergerak untuk mereaksi perangsang yang datang dari luar.
d.      Gerakan-gerakan anak itu disertai gerakan-gerakan lain yang sebenarnya tidak diperlukan.

    Di dalam perkembangan selanjutnya gerakan-gerakan itu semakin lama makin terdiferensiasi,artinya hanya bagian tubuh tertentu saja yang bergerak.Dan itu pun bila ada perangsang yang mengenalnya.
.Selanjutnya karakteristik perkembangan motorik halus anak dijelaskan sebagai berikut( Depdiknas,2007:10):
a.       Usia tiga tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus hampir sama pada masa bayi.Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk.


b.      Usia empat tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak ssudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung sempurna.
c.       Usia lima tahun dan enam tahun
Pada usia lima dan enam tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi ,dimana tangan,lengan dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata.Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk,seperti kegiatan proyek.
Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan karakteristik perkembangan anak pada usia 5-6 tahun gerakannya sudah sempurna,anak sudah bisa menggambar sesuai gagasannya,menggunting sesuai pola,menempel gambar dengan tepat dan dapat mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.

 2.1.1.3 Tujuan Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
            Pada dasarnya setiap pembelajaran pada suatu usaha yang mencapai tujuan.Tujuan ini dapat dicapai apabila terdapat interaksi antara anak dan pendidik.Demikian pula halnya dengan tujuan pengembangan motorik halus pada anak usia dini.
             Menurut Sumantri(2005:145)”Tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah Melatih kemampuan koordinasi motorik anak”.Pengembangan motorik halus anak akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis,kegiatan untuk melatih koordinasi antara mata dengan  tangan yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum tercapai.
Tujuan pengembangan motorik halus pada anak usia dini(Nuryani,2005:11)”(1) mengembangkan motorik halus berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, (2) memperkenalkan gerakan jari seperti menulis,menggambar,dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang, (3) mampu mengkoordinasikan kecepatan ,kecakapan tanpa dengan gerakan mata,dan (4) penguasaan emosi”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih jari jemari agar terampil dan matang serta mampu mengkoordinasikan kecepatan  dan kecakapan ,bahkan tanpa dengan gerakan mata.

2.1.1.4 Tahapan Perkembangan Motorik Halus
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap tahapan perkernbangan motorik anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan Semakin banyak yang dilihat dan di dengar anak, semakin banyak yang diketahuinya.
Berikut ini adalah tahapan perkembangan motorik halus anak: Sugiyanto dan Sujarrwo (dalam Sumantri 2005:101-102) Proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam tiga tahapan yaitu: (1)Tahap Verbal Kognitif Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak. Tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol pada diri anak adalah rnenjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahapan kognitif; proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.
Anak yang belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi ini bersifat atau visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Di sini indra pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, (2) Tahap Asosiatif. Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan-gaerakan dalam bentuk rangkaian yang tersendat-sendat pelaksanaanya.
Dengan tahap mengulang-ulang pelaksanaan gerakan akan sémakin efisien, lancar dan sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang. Pada tahap ini anak usia dini memasuki masa pemahaman gerakan yang sedang dipelajarinya. (3) Tahap otomasi. Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagi tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan
keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan ini anak memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini terjadi karena gerakannya sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar, dan baik.
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini
1.Meniru bentuk

                         
Meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran
Meniru melipat kertas sederhana ( 1-7 lipatan)
Mencocok bentuk
2.bereksplorasi dengan berbagai media
Membuat mainan dengan tehnik melipat menggunting dan menempel


Sehubungan dengan pernyataan diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa anak belajar dalam perkembangan motoriknya berangsur-angsur membaik, Mulai dari tahapan awal anak belajar dengan kaku atau tidak terorganisir, sampai pada akhimya gerakan kaku tadi menjadi gerakan yang Iuwes dan dapat dilakukan anak dengan lancar tanpa bantuan orang dewasa tetapi tetap dalam pengawasan orang dewasa juga.

2.1.1.5 Macam-Macam Motorik Halus
            Motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari-jarinya, khususnya ibu jari dan jari telunjuk. menurut Suyadi (Macam-macam kemampuan motorik halus anak yaitu:


1.      Palmer grasping
Anak menggenggam sesuatu benda dengan menggunakan telapak tangannya.Anak merasa lebih mudah dan sederhana dengan memegang benda menggunakan telapak tangan.karena motorik halus yang belum berkembang denga baik,maka anak perlu mendapatkan alat-alat yang lebih besar untuk melatih motorik halusnya.
2.      Pincer grasping
Perkembangan motorik halus yang semakin baik akan menolong anak untuk dapat memegang tidak dengan telapak tangan,tetapi dapat menggunakan jari-jarinya.
3.      Koordinasi tangan dan mata
Koordinasi mata dan tangan memilik 2 aspek yaitu:
a.       Kemampuan menolong diri sendiri (self help skill). Kemampuan untuk menolong diri sendiri misalnya; mencuci tangan, menyisir rambut, menggosok gigi, memakai pakaian, makan dan minum sendiri, dsb.
b.      Kemampuan untuk pembelajaran .Koordinasi mata dan tangan anak dapat dilatih dengan banyak melakukan aktivitas misalnya; membuka bungkus permen,membawa gelas berisi air tanpa tumpah, bermain playdough, meronce, menganyam, menjahit, melipat, menggunting, mewarnai, menggambar,menulis dan menumpuk mainan, dsb.
Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan dari ketiga macam-macam kemampuan motorik tersebut motorik halus yang digunakan yaitu koordinasi tangan dan mata.Koordinasi tangan dan mata memiliki dua aspek yaitu kemampuan menolong diri sendiri dan kemampuan untuk pembelajaran,yang akan penulis gunakan adalah kemampuan untuk pembelajaran,dimana koordinasi mata dan tangan anak sudah banyak melakukan aktivitas seperti: meronce, melipat, menggunting, dan mewarnai.

2.1.1.6 Manfaat Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik menekankan pada suatu proses untuk memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dilakukan anak, keterampilan motorik ini diperlukan untuk mengendalikan tubuh. Perkembangan motorik bertambah secara bertahap dan berkesinambungan. Dimana, fungsi motorik halus anak meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil kearah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.
Sehubungan dengan itu, menurut Hurlock (dalam Sumantri 2005) Pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkernbangan individu adalah sebagai berikut :
1.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.      Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke iempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3.      Melalui perkernbangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar melukis, dan baris-berbaris.
4.      Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya  sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang Ringer (terpinggirkan).
Keterampilan motorik halus yang baik, yang dimiliki anak akan membawa anak ketahap kepuasaan diri atas kemampuannya. Untuk itu, anak perlu diberikan perlakuan yang tepat dalam mengembangkan fungsi motoriknya.
Dengan memberikan kegiatan yang sesuai tahapan usia anak, kegiatan yang diberikan mengarah pada pengenalan pada kegiatan Serta anak diberi kesempatan untuk mengalami kegiatan secara langsung.
            Sehubungan dengan pendapat diatas,maka penulis menyimpulkan manfaat perkembangan motorik halus adalah anak dapat menghibur dirinya,anak dapat beranjak dari kondisi helpness(tidak berdaya),anak dapat memperoleh perasaan senang,serta anak dapat menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolah.
2.1.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak
Motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi dan rangsangan yang terarah.Menurut Mahendra (dalam Sumantri 2005:110-112) mengemukakan Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus tersebut dibedakan menjadi tiga faktor utama yaitu :
a.       Faktor Proses Belajar (Learning Proses). Dalam hal pembelajaran motorik, proses pembelajaran yang harus di ciptakan adalah dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan belajar di pilih berdasarkan nilai manfaatnya berbagai tanda atau langkah yang bisa menimbulkan perubahan dalam perilaku anak ketika sedang belajar gerak motorik harus diupayakan kehadirannya.
b.      Faktor Pribadi. Setiap pribadi merupakan individu yang berbeda beda, baik fisik, mental sosial maupun kemampuan-kemampuannya. Individu-individu yang memiliki ciri, kemampuan, minat, kecenderungan serta bakat yang berbeda-beda pula. Semakin baik kemampuan dan bakat anak dalam keterampilan tertentu, maka akan semakin mudahlah untuk menguasai keterampilan. faktor pribadi merupakan suatu yang mempengaruhi penguasaan keterampilan motorik.
c.       Faktor situasional (Situational Factors). Berhubungan dengan faktor lingkungan dan faktor-faktor lain yang mampu memberikan perubahan makna Serta situasi pada kondisi pembelajaran. Faktor situasional ini temasuk faktor seperti tugas yang diberikan, kegiatan pembelajaran, dan kondisi sekitar saat pembelajaran dilangsungkan. Penggunaan peralatan atau media pembelajaran misalnya secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada minat dan kesanggupan anak dalam proses pembelajaran, pada gilirannya akan mempengaruhi keberhasilan rnereka dalam menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.
Pada dasamya proses belajar, pribadi anak dan situasi lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan motorik halus. Kesempatan belajar dan pribadi yang mendukung anak dan lingkungan yang baik akan rnembawa anak pada perkembangan motorik halus yang baik pula. Dengan pembelajaran sesuai tahapan perkembangan dan pencapaian keterampilan motorik halus yaitu kemampuan anak mengkordinasikan gerakan tangan dan mata, Ketelitian anak dalam pengkoordinasian antara gerak tangan dan kecermatan mata. Sampai kepada tahap penguasaan keterampilan tersebut.
Lebih lanjut Singger (dalam Sumantri 2005:111-112) mengatakan bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan keterampilan pencapaian motorik halus anak. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.      Ketajaman; indra yaitu kemampuan indra untuk mengenal tampilan yang berlangsung.
2.      Persepsi; yaitu kemampuan untuk membuat ai dari situasi yang berlangsung
3.      Inteligensi; yaitu kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah Serta membuat keputusan yang berhubungan dengan penampilan motorik.
4.      Emosi; kernampuan untuk  mengontrol perasaan secara tepat sebelum dan pada saat pelaksanaan tugas.
http2//childrenrehabilitation.wordpress.com/2012/ 1 1/ 1 Oinilahfaktoryangme mpengaruhiperkembanganmotorikanak diakses pada 18 maret 2016).
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Motorik Anak antara lain :
1.      Kematangan. Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan motorik. Pada usia  5 tahun syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle , memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan sebagainya,
2.      Latihan. Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan rnotoriknya perlu dilakukan latihan dengan bimbingan guru. Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus. Kebutuhan untuk bergerak dan kebutuhan untuk mengungkapkan perasaan terdapat pada tiap insan sejak dilahirkan. Kedua kebutuhan tersebut dapat disalurkan dengan bermain, melalui program pelatihan gerakan bagi anak usia dini.
3.      Motivasi. Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar. Misalnya, dengan rnemberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan gerak motorik Serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak. Pengaruh kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia rnuda mengandung implikasi terhadap pentingnya parkembangan keterampilan gerak anak. Kurangnya kesadaran orang dewasa termasuk guru akan hal ini mengakibatkan langsung terhadap berkurangnya keuntungan yang dapat diperoleh, terutama untuk mencegah pengaruh yang menghambat tumbuh-kembang anak secara keseluruhan, (4) Pengalaman Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan dan pendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.
            Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa, faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak ada dua yaitu faktor dari luar dan dalam.faktor dari luar adalah faktor belajar dan faktor situasional.faktor dari dalam adalah faktor dari dalam diri pribadi anak.kondisi pribadi anak yang baik akan memungkinkan anak untuk belajar dan motivasi dari lingkungan sekitar anak akan menimbulkan minat untuk belajar gerak motorik.Hal inilah yang menjadi awal anak belajar mengetahui kemampuan motorik khususnya motorik halusnya.

2.1.2 Melipat Kertas Origami
2.1.2.1 Pengertian Melipat Kertas Origami
"Kata origami berasal dari bahasa jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas.Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak mengubah artinya,yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami imaksudnya adalah melipat kertas"(Karmachel,2008:1). Lebih lanjut dijelaskan bahwa seni melipat kertas ini merupakan seni yang sangat cocok bagi anak karena origami melatih keterampilan anak.Juga melatih kerapian dalam berkreasi untik menciptakan hal baru atau inovasi.Sementara menurut Pamadhi dan Sukardi (2008:7), melipat merupakan kegiatan tersendiri dari kegiatan 3M. Namun kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan kegiatan mewarnai,menggunting dan menempel".
"Melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah dibuat dan menyenangkan.Diantara perannya adalah sebagai aktivitas untuk mengisi waktu luang dan media pengajaran dan komunikasi dengan anak karena biasa dilakukan bersama-sama . Selain itu melipat kertas origami juga sangat fungsional untu anak dan aktivitas ini memilki fungsi melatih motorik halus dalam masa perkembangannya"(Hirai,2009).
            Menurut ( Sumanto 2003:99-100) Melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas.Bagi anak usia taman kanak-kanak melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik dan menyenangkan.Menurut Kamtini, Husni (2006)  melipat adalah kegiatanberlatih membuat satu bentuk lipatan yang hasilnya bisa disusun hinggamembentuk suatu hasil karya yang dapat digunakan sebagai hiasan atau pajangan.
Dari beberapa pendapat ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa melipat kertas origami adalah seni melipat kertas yang tidak hanya menyenangkan tapi bisa dijadikan permainan, melipat kertas ini juga sudah menjadi salah satu pelajaran kreativitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Bahkan tak hanya menyenangkan, origami juga memberikan manfaat terhadap tumbuh kembang anak. Pada hakikatnya,origami adalah dunia yang sangat dekat dengan anak-anak.

2.1.2.2 Manfaat Melipat Kertas
Menurut Mitsuko Alam(2010) manfaat melipat kertas origami  bagi anak adalah banyak manfaat positif antara lain pengembangan kreativitas,unsur seni,melatih motorik halus anak,melatih berpikir matematis dan melatih membaca diagram
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak dari melipat kertas .
1.      Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana anak bermain yang aman, murah, menyenangkan, dan kaya manfaat.
2.      Anak bisa belajar membuat mainannya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dapat dibeli di toko mainan.
3.      Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses,tahapan ini tentu mengajari anak untuk tekun, sabar, dan disiplin sehingga mendapatkan bentuk yang diinginkan.
4.      Anak diajarkan menciptakan sesuatu,berkarya dan berkreatif dalam menciptakan model sehingga aktivitas ini membantu memperluas ladang imajinasinya dengan bentukan origami yang dihasilkan.
5.      Apa yang dirasakan anak- anak ketika berhasil menciptakan sesuatu dari tangan mungilnya. Kebanggaan dan kepuasan, sudah pasti, terlebih lagi, ia belajar menghargai dan mengapresiasi karya diri sendiri dan orang lain lewat origami.
6.      Belajar membaca diagram atau gambar, Serta berpikir matematis, perbandingan (proporsi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui origami adalah Salah satu keuntungan lain dari mernpelajari origami.
            Sumantri ( 2005:151-152) Melipat kertas origami pada hakikatnya merupakan kegiatan  keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat.Kegiatan melipat ini sangat bermanfaat bagi anak jika disajikan sesuai minat anak,akan memberikan keasyikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi diri anak.
            Bertolak dari pendapat diatas  Sumanto (2003:100) Melalui kegiatan melipat kertas origami dapat mengembangkan kompetensi berpikir anak,imajinasi,rasa seni dan keterampilan anak.
Dari pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan manfaat kegiatan melipat kertas origami  adalah:
1.      Anak belajar meniru (mengikuti arahan).
2.      Anak belajar berkreativitas,
3.      Anak belajar berimajinasi, anak belajar berkarya.
4.      Anak belajar manghargai atau mengapresiasi
5.      Anak belajar membuat model,anak belajar membuat mainan sendiri
6.      Anak belajar membaca diagram atau gambar.
7.      Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya.
8.      Anak belajar perbandingan (proporsi dan berpikir sistematis). Melipat dilakukan dengan cara mengubah lembar kertas berbentuk persegi panjang (balok), empat persegi, atau segi tiga menumt arah atau pola lipatan secara benahap sampai dihasilkan suatu model atau bentuk lipatan yang diinginkan.

 2.1.2.3 Tujuan Melipat Kertas
Secara khusus melipat bertujuan untuk melatih daya ingatan, pengamatan, keterampilan tangan, mengembangkan fantasi anak, kreasi, ketelitian, kerapihan dan perasaan keindahan.
2.1.2.4 Langkah-Langkah Melipat Kertas
            Menurut Sumanto (2003) langkah-langkah dalam melipat kertas origami
adalah:
1.      Persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran dan warna kertas yang digunakan untuk melipat, juga dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model yang akan dibuat.
2.      Pelaksanaan yaitu, membuat lipatan tahap demi tahap sesuai gambar pola (gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap tahap lipatan sampai selesai, misalnya lipatan model ikan,baju,dan lain-lain.
3.      Penyelesaian yaitu, melengkapi bagian-bagian tertentu pada hasil lipatan. contoh untuk lipatan model binatang bisa ditambakan bentuk mulut, mata, dan hiasan lainnya, hasil lipatan yang baik ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik melipat mulai dari awal sampai selesai.
            Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh ketika anak sedang melipat kertas Origami (Jatmika, Nur yosep:2012:34) adalah:
1.      Penyediaan bahan dan peralatan, siapkan kertas lipat untuk memulai origami, tidak perlu kertas khusus, biasa kertas Koran, brosur-brosur pertokoan , majalah dan lain-lain.
2.      Pengumpulan anak, dan Pelajari dulu sesuatu yang hendak kita buat model origami untuk anak haruslah disesuaikan dengan usia dan kemampuan motorik anak.
3.      Menceritakan objek, Mulailah dengan bentuk yang paling sederhana, tapi menarik, hal ini akan membuat   berpikir bahwa origami itu hal yang mudah dan menyenangkan.
4.      Membimbing dan mengarahkan, Saat memulai mngikuti intruksi, pelajari terlebih dahulu Symbol-simbol yang digunakan.
5.      Teknik melipat kertas origami, mengajarkan kepada anak tentang konsep melipat kertas.
6.      Mengapresiasi hasil karya anak
7.      Memberi respon terhadap hasil karya anak , jika anak dirasa telah berhasil membuat model origami yang telah ditentukan, maka anda boleh menyarankan anak untuk membuatnya menggunakan kertas lipat khusus agar hasilnya terlihat indah.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah melipat kertas menurut peneliti adalah:
1.      Menyediakan bahan dan alat untuk melipat , seperti kertas origami,
2.      Membagi anak dalam bentuk kelompok
3.      Menjelaskan kepada anak cara melipat, seperti garis, titik pusat segi tiga dan lain-lain
4.      Membimbing dan mengarahkan anak sewaktu kegiatan berlangsung
5.      Memberikan respon atau masukan terhadap hasil karya anak.
Tabel 2.1 Aktivitas Guru dan Anak pada setiap tahapan melipat kertas
No
Tahapan
Aktivitas
Guru
Anak
1
Penyediaan bahan dan peralatan
Menyediakan bahan dan peralatan melipat kertas, seperti origami, lem
Mengamati bahan dan peralatan melipat kertas yang disediakan guru
2
Pengumpulan anak


Mengumpulkan anak menbentuk lingkaran dan menceritakan kegiatan yang akan di lakukan.
Mendengarkan dan memperhatikan guru
3
Menceritakan objek
Menunjukkan objek yang akan dibuat atau dibentuk sesuai dengan tema yang diajarkan.
Mengamati cerita yang dijelaskan guru
4
Membimbing dan mengarahkan
Membimbing dan mengarahkan anak sewaktu kegiatan berlangsung, dan tunjukkan pada anak bahwa kita juga menyenangi kegiatan membuat mainan dengan melipat kertas
Mengikuti perintah gurudan mencoba aktivitas melipat kertas
5
Tenik melipat kertas
Mengajarkan kepada anak seperti,garis,titik,perpotongan dan buah garis, titk pusat






2.2             Kerangka Berpikir
Motorik halus anak usia dini adalah gerakan jari jemari,tangan,mata yang digunakan anak untuk melakukan berbagai aktivitas.Untuk mengoptimalkan motorik halus anak usia dini sangat dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih.sedangkan kegiatan origami adalah seni melipat kertas yang bertujuan untuk mendidik anak belajar meniru ,beraktivitas,berimajinasi,berkarya,belajar membuat model,belajar menemukan solusi,yang kesemuanya itu dapat mengembangkan motorik halus anak.“ Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan otot-otot kecil,memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga”.
           Melipat kertas origami adalah salah satu sarana untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak.karena dengan melipat kertas dari selembar kertas dapat dibuat berbagai macam model,untuk anak -anak origami dapat menjadi mainan yang akan membantu kepuasan sendiri karena mereka dapat memainkan hasil buatannya sendiri.
Hal-hal yang menjadi pokok penelitian ini telah di jabarkan dalam kajian teoritis .Materi permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada pengaruh melipat kertas origami terhadap perkembangan motorik Halus Anak di TK Al Abror Medan.Pada proses pembelajaran,diharapkan perkembangan motorik halus anak dapat meningkat melalui kegiatan melipat kertas origami.
2.3             Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang diterima sebagai kebenaran sebagaimana adanya pada saat penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut: “Ada pengaruh yang positif dari kegiatan melipat kertas origami terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Al Abror  Medan Tahun Ajaran 2016/2017”.


BAB III
METODE PENELITIAN
3 1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan bentuk Posttest Only Control Group Design dalam metode ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random.
3 2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya dalam Sugiono (2010:17). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak TK kelompok B di TK Al-Abror Medan yang berjumlah 30 anak, yang terdiri dari 2 kelas yaitu B1 berjumlah 15 anak, B2 berjumlah 15 anak.
3.2.2. Sampel
Sampel dalam penelitian yaitu Sampel total dengan teknik pengambilan Sampel secara random untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sugiyono (2010:120) menyatakan pemilihan Sampel dilakukan secara acak. Karena populasi memiliki karakteristik yang sama terkhusus dilihat dari segi usia yaitu berusia 5-6 tahun. Dimana kelas eksperimen yaitu kelasB1 berjumlah 15 anak yang diajarkan dengan melakukan kegiatan melipat kertas origami dan kelas kontrol yaitu kelas B2 berjumlah 15 anak dengan melakukan kegiatan mewarnai gambar.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
a.       Variabel terikat (y), yakni perkembangan motorik halus anak
b.      Variabel bebas (x), yakni kegiatan melipat kertas origami
3.4.  Defenisi Operasional
1.      Perkembangan Motorik halus adalah Perkembangan gerak tubuh yang melibatkan otot otot Halus pada anak yaitu tangan yang berkoordinasi dengan mata dalam menggerakkan jari jemari tangan anak untuk mengaplikasikan kegiatan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari pada anak, Dengan melihat kemampuan motorik halus anak maka perkembangannya dapat dinilai dengan indikator membuat berbagai lipatan horizontal, lipatan vertikal,melipat kertas origami dengan mengikuti pola gambar, melipat dengan rapi dan benar, melakukan eksplorasi dengan media dan kegiatan melalui koordinasi mata dan tangan, mengeksperesikan  diri melalui gerakan melipat kertas secara detail.
2.      Kegiatan  melipat kertas origami adalah suatu kegiatan  melipat kertas berupa lipatan sederhana 1-7 lipatan berbentuk horizontal maupun vertikal untuk mengembangkan kemampuan pada anakberupa perkembangan otot-otot halus pada anak. Melalui kegiatan melipat otot-otot halus anak akan dilatih dan berkembang kemampuannya melalui gerakan tangannya yang berkoordinasi dengan mata dalammelipat kertas dengan berbagai bentuk yang diinginkan untuk menghasilkan suatu karya yang indah. Adapun alat melipat kertas sederhana  yaitu kertas lipat atau origami.
3.5. Rancangan Dan Prosedur Penelitian
3.5.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.  
Penelitian ini dirancang seperti tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok

Perlakuan
Posttest
Eksperimen

           X

Kontrol

           -


Keterangan :
O1          = Observasi akhir Kelas Eksperimen ( Posttest )
O2        = Observasi akhir Kelas Kontrol ( Posttest)
X         = Pengajaran pada kelas eksperimen dengan melakukan kegiatan
   Melipat kertas origami
Y         = Pengajaran pada kelas kontrol dengan melakukan kegiatan
   Mewarnai gambar (Sugiyono, 2010: 122)
 3.5.2. Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen, dimana melalui suatu eksperimen penulis meneliti pengaruh variabel tertentu terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang dikontrol. Pada kasus ini kedua kelas diberikan perlakuan berbeda, kelas B1 sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang kegiatan pembelajarannya melipat kertas origami bertema lingkunganku, sedangkan kelas B2 sebagai kelas kontrol yaitu kelas dengan pembelajarannya mewarnai gambar.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan   dalam penelitian ini mengunakan instrument penelitian non tes yaitu observasi terstruktur tentang perkembangan motorik halus
anak. Sugiyono (2009:205) mengatakan observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Instrumen penelitian ini menggunakan observasi.
Observasi ini menggunakan pedoman observasi yang berisi sebuah daftar jenis kegiatan atau perilaku yang mungkin timbul dan akan diamati. Penataan data dilakukan dengan memuat nama observer. Tugas observer memberi tanda ceklist ( / ) pada skor yang terdapat pada pedoman observasi yang dibuat.
Teknik ataupun cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data saat pembelajaran yaitu di awali dengan menghitung jumlah anak yang ada di kelas dan mengetahui setiap nama-nama anak yang diamati, kemudian peneliti yang bertindak sebagai observer akan mengamati perilaku ataupun tindakan yang dilakukan anak dalam mengerjakan kegiatan melipat kertas origami yang diberikan oleh gurunya. Selain itu, observer juga melihat hasil yang dikerjakan anak.
Melalui pengamatan terhadap setiap perilaku yang muncul dan juga dengan melihat hasil kerja anak tersebut, observer dapat memberikan penilaian berupa skor pada pedoman observasi masing-masing anak, dengan cara menceklist nilai/skor yang sesuai dengan pengamatan yang tarnpak terhadap perkembangan motorik halusnya melalui kegiatan melipat kertas origami yang diberikan.
Dari hasil observasi yang dilakukan maka diperoleh data tentang motorik halus pada saat melakukan kegiatan melipat kertas origami. Berikut  adalah kisi-kisi instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti.

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI
Petunjuk
Untuk memberi skor pada butir - butir motorik halus maka ceklist (√ ) angka
pada kolom skor (4,3,2,1 ) sesuai dengan kriteria berikut :
4= Jika semua deskriptor tampak ( Sangat Berkembang )
3 = Jika tiga deskriptor yang tampak ( Berkembang )
2 = Jika dua deskriptor yang tampak ( Mulai Berkembang )
1 = Jika satu deskriptor yang tampak ( Belum Berkembang )
Tabel 3.2Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Motorik Halus
            
Variabel
Indikator
Deskriptor
No.Butir
4
3
2
1




Motorik Halus
Membuat berbagai garis
1.      Membuat garis dan titik
2.      Membuat perpotongan dua buah garis
3.      Membuat garis titik pusat atau segi tiga




Membuat berbagai lipatan
1.Membuat lipatan horizontal dan    vertikal
2.Membuat lipatan ke kiri atau ke kanan




Meniru bentuk
1.      Meniru melipat kertas 1-7 lipatan




Menggunakan alat dengan benar
2.       Memegang kertas dengan benar(     antara ibu jari dan jari-jari lainnya)




Melakukaneksplorasi dengan media dan kegiatan melalui koordinasi mata dan tangan
3.      Melipat dengan sesuai perintah












Tabel 3.3 Kategori Penilaian
Kategori
Penilaian
Sangat Berkembang
90%-100%
Berkembang
80%-89%
Mulai Berkembang
70%-79%
Belum Berkembang
0%-69%

3.7       Teknik Analisis Data
            Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul untuk mengetahui perkembangan kemampuan motorik halus anak baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol dengan cara sebagai berikut:
1.      Menghitung nilai rata-rata
Cara menghitung nilai rata-rata pada masing kelompok yaitu dengan menjumlahkan keseluruhan nilai atau skor dari masing-masing kelompok anak di kelas eksperimen dan kontrol kemudian dibagi dengan masing-masing jumlah anak yang ada di kedua kelompok.
Dengan rumus sebagai berikut:
Mean =  (Sudjana, 2005:37)
Keterangan : Mean = Rata-rata
Zx        = jumlah skor anak
N         =jumlah anak
2.      Menginterprestasikan nilai dengan cam menghitung selisih nilai tertinggi dan nilai terendah atau dengan kata lain, nilai tertinggi
dikurang nilai terendah dibagi dengan banyak kategori.
Skor Interprestasi = –
=  (Sugiyono, 2010: 141)
Tabel 3.3 Tabel Interprestasi Nilai Perkembangan Motorik Halus Anak
                    Skor
               Kategori
    11-15
     6-10
      1-5
Sangat Baik (SB)
 Cukup Baik (CB)
 Kurang Baik (KB)


Selanjutnya analisis yang digunakan yaitu analisis statistik untuk menguji hipotesis penelitian yakni dengan uji  Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas diadakan untuk mengetahui populasi dan sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.Pengujian ini digunakan dengan menggunakan uji liliefors. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
Ø    Pengamatan  disajikan angka baku  dengan menggunakan rumus:
Zi =
 = Rata-rata
 Simpangan baku sampel
Ø    Untuk tiap angka baku ini dengan menggunakan distribusi normal dihitung peluang F (Zi) = P (Z≥Zi)
Ø    Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi itu menyatakan dengan S (Zi), maka:
            S (Zi) =
Ø    Menghitung F (Zi) – S (Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
Ø    Mengambil harga mutlak yang terbesar ( ) untuk menerima atau menolak hipotesis, kemudian membandingkan  dengan nilai kritis yang diambil dari daftar, untuk taraf nyata α = 0,05
Dengan kriteria:
Jika , maka sampel berdistribusi normal
jika , maka sampel tidak berdistribusi normal.

3.7.2 Uji homogenitas
dilakukan untuk menguji kesamaan varians. Uji homogenitas yang digunakan adalah cara varians terbesar dibandingkan dengan varians terkecil, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.      Tuliskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
b.      Tuliskan Ha dan Ho dalam bentuk statistik
Cari  dengan rumus:
c.      Tetapkan α yaitu 0,05
d.     Hitung F ( n varians besar -1, n varians terkecil -1)
e.      Bandingkan  dengan
f.       Tentukan kriteria pengujian, jika  maka Ho diterima (homogen)
g.      Tarik kesimpulan

3.7.3 Uji Hipotesa
Untuk menguji hipotesis apakah kebenarannya dapat diterima atau tidak, yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji dua pihak. Dengan taraf nyata  = 0,05. Rumus uji t sebagai berikut:
Alternative pemilihan uji-t α
1.                  Jika data berasal dari populasi yang homogen ( ) dan σ tidak diketahui, maka digunakan rumus uji-t’ yaitu:
t =  dengan =  (Sudjana, 2005:239)
2.                  Jika data berasal dari populasi yang tidak homogen ( ) dan σ tidak diketahui, maka digunakan rumus uji-t yaitu:
t =  (Sudjana, 2005:241)
keterangan:
t           = Luas daerah yang dicapai
        = Luas daerah yang dicapai
        = Banyak siswa pada sampel kelas eksperimen
        = Banyak siswa pada sampel kelas kontrol
        = Simpangan baku pada kelas kontrol
       = Simpangan baku  dan
                                = Rata-rata selisih skor siswa kelas eksperimen
                                = Rata-rata selisih skor kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika  dengan peluang (1- ) dan taraf nyata α = 0,05. Dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lainnya.
Ho diterima apabila harga  dan Ha ditolak
Ha diterima apabila harga  dan Ho ditolak
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian         : TK Al-Abror Medan
Waktu Penelitian         : Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 pada bulan April-Mei
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Aktifitas


Mengajukan judul proposal


Menyusun proposal
Bulan

September
November
Desember
Januari
February-April
Mei-Agustus
September
1



2
X
3



X
4



X
1



X
2



X
3



X
4



X
1



X
2



X
3



X
4



X
1
2
3
4
1-8



1-12
1
2
3
4
Seminar Proposal

















X






DAFTAR PUSTAKA

Alam,Mitsuko. (2010). 99 IdeMimpi Momo Dengan Origaminya, Jakarta: PT ELEK MEDIA KOMPUTINDO

Decaprio,Richard.(2013).Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik.Jogjakarta:Diva Press

Depdiknas.(2007).Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak- kanak.Jakarta:Depdiknas

Fikriyati,Mirroh.(2013).Perkembangan Anak usia emas(gold age).Yogyakarta:Laras Media Prima

Hirai,Maya.2010.Kreasi origami favorit.Jakarta:Kawan Pustaka
Karmachela,Hira.2008.Seni Origami.Jakarta:Azka Press.
Noorlaila,Iva.2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus.Musfiroh

Peraturan Pemerintah No.58 2009.Standar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:Depdiknas.

Saputra dan Rudyanto.(2005).Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK.Jakarta:Depdiknas Dirjen,Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sumantri.2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak  Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sumanto. 2003.Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK.Jakarta: Indeks
Wiyani,Novan Ardy.2013.Bina Karakter Anak Usia Dini.Panduan Orang Tua dan Guru Dalam Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Usia Dini.Jogjakarta:Ar,Ruzz Media


No comments:

Post a Comment